Thursday, May 10, 2012

Di Puncak Gunung Gede


Bersama 10 teman saya mendaki Gunung Gede setelah ujian akhir semester berakhir, Juni 2011. Tujuannya adalah ke puncak Gunung Gede. Gunung Gede terletak diantara kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Cianjur bersama Gunung Pangrango merupakan kawasan taman nasional, yang dikenal dengan nama Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP).
 Kawasan ini mempunyai dua puncak gunung, yaitu puncak gunung Gede (2.958 mdpl) dan puncak gunung Pangrango (3.019 mdpl). Menurut Harley, penulis buku Mountain Climbing  for Every Body,  kawasan ini menjadi tempat tumbuhnya 200 spesies anggrek, berbagai jenis burung, dan mamalia langka seperti macan tutul, owa jawa, dan surili atau monyet jawa.
Dari kampus IPB, Dramaga, pukul 06.00 WIB kami berangkat menggunakan angkot sewaan. Tujuan kami adalah Gunung Putri, salah satu pintu masuk ke gunung Gede. Selain Gunung Putri masih ada dua pintu masuk lainnya, yaitu Cibodas, dan Selabintana. Gunung Putri jaraknya sekitar 7 km dari terminal Cipanas.
 Jika dari Jakarta, naik bus jurusan Bandung lewat puncak dan turun di Cipanas, dilanjutkan dengan naik angkot ke Gunung Putri. Sesampai di Gunung Putri kami harus melapor ke petugas di GPO (Gede Pangrango Operation) untuk mendapat ijin mendaki, tiga hari sebelumnya kami sudah mengurus administrasi untuk mendapatkan surat ijin mendaki dari balai TNGP di Cibodas.
Kami memulai mendaki pukul 10:30 WIB dari GPO yang merupakan pos I. Sepanjang perjalanan, kami melintasi perkebunan sayur-mayur penduduk. Di kiri kanan jalan setapak dapat dijumpai sayuran khas dataran tinggi, seperti wortel, lobak, daun bawang. Beberapa petani terlihat sedang bekerja di ladangnya.
 Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan melintasi hutan. Pada awalnya, medannya berupa jalan setapak, namun setelah masuk lebih jauh ke dalam hutan. Medan pendakian selain menajak dan terjal, juga bercampur dengan akar-akar pohon yang melintang. Sesekali kami terpaksa memanjat karena ada pohon yang tumbang. Beberapa kali kami menyempatkan istirahat melepas lelah sambil menikmati segarnya udara pegunungan dan rimbunnya hutan.
. Kami beristirahat di Alun-alun Surya Kencana (2.750 mdpl), mendirikan tenda untuk bermalam bersama pendaki lain. Pemandangannya begitu mempesona. Alun-alun Surya Kencana merupakan padang rumput luas. Di sini tumbuh subur ratusan tumbuhan Edelweis. Tumbuhan ini gampang dikenali, warna daunnya hijau keputih-putihan, bentuknya seperti pedang, panjang sekitar 5 cm, tipis dan berbulu lebat, serta bagian tengah bunganya berwarna agak orange. Konon tumbuhan yang dikenal dengan “bunga abadi” ini dapat tumbuh sampai 100 tahun.
Di sini juga terdapat sumber air jernih yang dapat digunakan untuk keperluan berkemah. Menurut legenda masyarakat, di Alun-alun Surya Kencana inilah Prabu Siliwangi dimakamkan.
. Pada malam hari suhu udara semakin dingin. Meskipun kami sudah memakai pakaian rangkap dan berjaket, kami tetap menggigil kedinginan. Kami hanya tidur sebentar, karena pagi-pagi benar kami harus melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Gede. Harapan kami hanya satu yaitu dapat melihat matahari terbit dari puncak gunung.
Dengan penerangan cahaya senter yang minim kami melanjutkan pendakian ke puncak Gunung Gede. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai ke puncak Gunung Gede. Medan menuju puncak berupa batu-batuan, kerikil dan pasir. Memiliki kemiringan sekitar 40 derajat dengan vegetasi yang didominasi oleh tumbuhan perdu dengan tinggi 2-3 meter, yang dikenal dengan nama Cantigi. Tumbuhan berdaun bulat telur ini, bunganya kecil-kecil berwarna ungu dan bentuknya seperti bel.
Sesampai di puncak Gunung Gede (2.958 mdpl), kami disambut oleh badai dan kabut tebal. Akibatnya, kami tak bisa melihat matahari terbit.
Kami dapat melihat kawah Gunung Gede, meskipun samar-samar karena diliputi kabut tebal. Di gigiran kawah terdapat sling dari baja agar para pendaki tidak terjatuh kedalam kawah.
Meski tak bisa melihat matahari terbit berada di atas “Mahkota Jawa Barat” menjadi pengalaman yang menakjubkan. Berdiri di puncak gunung membuat kami sadar, betapa kecilnya diri ini di hadapan Sang Pencipta alam.



2 comments:

radenmz said...

ihiiiiiy...
mantabs dah...
aye pan ikut juga..
hehe....

Arsitek Peradaban said...

Ok Men, fokus... fokus... fokus akhi... teruskan, kembangkan! Men, komen mu udah aku bales di Pendidikan dan Pembinaan Anak dalam Rifa'iyah di blog ane ya.