Monday, July 30, 2012

Oleh-oleh Ramadhan dari Asma Nadia


            “Karena kita tidak tahu kapan maut akan menjemput, maka menulislah. Karena menulis membuat kita abadi.” Kata Asma Nadia ketika seorang peserta bertanya kenapa menulis? Inilah yang memotivasi Asma Nadia menulis, selain untuk membuat bangga orang tua. Usia.

            Aku tak akan melupakan senjakala yang inspiring itu, Rabu (25/7). Launching novel teranyar Asma Nadia “Cinta di Ujung Sajadah.” Acara yang di gelar dalam rangka Republika Ramadhan Fair di kompleks Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Meski sebagian besar tips tentang menulis novel sudah tahu. Namun kali ini aku mendapat ilmu yang baru. Apalagi bisa berjumpa langsung dengan sang idola. Subhanalloh…

            Menurut Asma Nadia, sebuah novel yang bagus harus mempunya opening yang menarik. Kenapa? Karena, biasanya calon pembeli buku akan membaca lebih dulu pada bagian awal. Paragraf pembuka harus membuat calon pembeli kesengsem untuk terus membaca halaman berikutnya. Hingga akhirnya membeli buku kita.

            Tips lain kata Asma Nadia adalah konflik dalam cerita harus kuat, lalu buatlah penokohan yang meninggalkan jejak di hati pembaca. Tokoh cerita kita harus khas. Dan terakhir, ending yang menarik. Yang tidak membosankan dan tidak mudah ditebak oleh pembaca.

            Asma Nadia juga memberikan bocoran yang berharga tentang dunia penerbitan dan toko buku. Misalnya, tidak semua penerbit mempunyai anggaran pemasaran untuk semua buku yang diterbitkan. Paling dua atau tiga buku. So, kita harus membantu penerbit untuk menjual buku kita. Bagaimana caranya? Dua minggu sebelum buku kita terbit, pasang cover buku kita di Facebook atau kirimkan resensi buku kita ke media massa. Jangan lupa garap profil Facebook atau Twitter kita. Jangan tampilkan foto profil yang alay aka lebay. Dan update status hanya yang bermanfaat saja.
           
            “ Toko buku itu kejam,” kata Asma Nadia. “Dua minggu buku kita tidak bergerak maka akan ditarik ke gudang.”  .

            Nah loh. Untung masih bisa online. Itulah mengapa kita harus menggarap dunia maya. Jadi kalau terpaksa buku kita ditarik ke gudang, masih bisa dijual secara online. Begitulah petuah Asma Nadia.

            Puh! Sayang sekali waktunya terbatas. Jauh-jauh datang dari Bogor tentu tidak hanya ingin mendengar Asma Nadia cuap-cuap tentang menulis saja kan.

            “Yeee, jangan kecewa” kata Asma Nadia mengakhiri acara. “Bagi yang belum puas dan ingin bertanya lagi, kalian bisa nulis di dinding Asma atau mention ke Twitter.”
Loh kok Asma Nadia tahu yah, seolah mempunyai telepati. Begitulah hebatnya seorang penulis yang mampu mengadakan pertemuan pikiran dengan pembacanya.

            Selesai acara Asma Nadia dirubung sama penggemarnya seperti laron kepada lampu. Ada yang minta tanda tangan, minta foto bareng. Duh, senangnya jadi penulis terkenal.


No comments: