Setiap tanggal 20 Mei bangsa Indonesia memperingati sebagai Hari
Kebangkitan Nasioal. Tanggal 20 Mei dianggap penting karena pada 20 Mei 1908
organisasi Budi Utomo yang dibidani dr. Soetomo dilahirkan. Dan ini dianggap
mengawali usaha yang historis menuju dan menjadi merdeka. Menurut Syafiq A.
Mughni, dalam tulisannya yang berjudul “Munculnya Kesadaran Nasionalisme Umat
Islam,” fakta sejarah yang otentik juga menunjukkan peran penting dari
tokoh-tokoh muslim. Misalnya saja dari Sarekat Islam (1912) seperti H.O.S.
Tjokroaminoto, Agus Salim dan Abdul Moeis.
Dalam tulisannya, Syafiq A. Mughni menilai Sarekat Islam
mewakili tidak saja munculnya kesadaran nasionalisme di kalangan kaum muslim,
namun juga telah mengilhami nasionalisme rakyat Indonesia
di berbagai wilayah Indonesia.
Jika melihat catatan sejarah yang otentik maka setidaknya
ada tiga fakta sejarah, kata Syafiq A. Mughni yakni:
Pertama, Sarekat
Islam tumbuh dan tersebar di luar pulau Jawa. Keanggotaan Sarekat Islam
mencakup banyak figur dari berbagai latar belakang etnis, budaya dan tradisi.
Berbeda dengan Budi Utomo dan beberapa organisasi atau pergerakan lain. Mereka
cenderung didominasi oleh kalangan bangsawan Jawa dan dengan sangat kental
menunjukkan watak kejawaan atau orientasi kesukuan lainnya, dengan corak
“nasionalisme Jawa” atau “nasionalisme Hindia Belanda.”
Kedua, perbedaan
watak nasionalisme antara Sarekat Islam dan Budi Utomo dalam menyikapi
kemungkinan agresi dari luar terhadap wilayah Hindia Belanda. Tjokroaminoto,
pemimpin Sarekat Islam, lebih menekankan pentingnya komitmen Belanda untuk
memberikan hak-hak politik secara lebih luas kepada rakyat Indonesia. Tjokroaminoto menegaskan
bahwa mempertahankan tanah air memang merupakan suatu tindakan yag baik, tetapi
dia sekaligus menuntut perlunya pemerintah Belanda menempatkan bangsa Indonesia sejajar dengan bangsa lain,
seraya mengakhiri penindasan dan memperlakukan rakyat Indonesia dengan baik. Di
lain pihak, Budi Utomo yang diwakili Djiwosewoyo menyatakan pentingnya
kemungkinan terlibatnya Indonesia
dalam Perang Dunia, dan kewajiban rakyat dalam membantu Belanda secara aktif
dengan memberikan bantuan militer. Pernyataan ini menunjukkan sikapnya yang nrimo terhadap pemerintah kolonial.
Ketiga, sebagai
gerakan yang memberikan perhatian kepada kegiatan ekonomi, filsafat ekonomi Sarekat
Islam yang sebagian dinilai agak berorientasi ‘sosialistik’ merefleksikan
perlawanan terhadap kapitalisme dan dominasi ekonomi oleh kekuatan pedagang
Cina. Hal ini karena para pendiri gerakan ini kebanyakan adalah para pedagang
yang memiliki kepentingan untuk melakukan perlawanan terhadap kebijakan dagang
yang tidak adil, yang lebih menguntungkan pedagang Cina.
Pemimpin Sarekat Islam, Tjokroaminoto melihat Islam sebagai
faktor sosial yang mengikat dan simbol nasional. Dalam pertemuan Sarekat Islam
pada 1914, dia menyatakan bahwa gerakannya menggunakan agama sebagai tali
pengikat, dan mengingatkan peserta kongres bahwa tanpa agama tidak akan ada
kerja sama dan kekuatan. Karena setiap muslim adalah saudara bagi sesamanya.
Yang merupakan hamba Allah. Jadi, Islam disadari atau tidak diidentifikasi
sebagai simbol nasional.
Melalui momentum Hari Kebangkitan Nasional ini mari kita
luruskan distorsi sejarah itu. Dan eksistensi umat Islam tidak bisa dicabut begitu
saja dari sejarah dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tentunya dengan tidak
melupakan dan tetap menghargai keberadaan umat lain. Karena Islam rahmatan lil
‘alamin.
.
No comments:
Post a Comment