“Karena
kita tidak tahu kapan maut akan menjemput, maka menulislah. Karena menulis
membuat kita abadi.” Kata Asma Nadia ketika seorang peserta bertanya kenapa
menulis? Inilah yang memotivasi Asma Nadia menulis, selain untuk membuat bangga
orang tua. Usia.
Aku
tak akan melupakan senjakala yang inspiring
itu, Rabu (25/7). Launching novel
teranyar Asma Nadia “Cinta di Ujung Sajadah.” Acara yang di gelar dalam rangka
Republika Ramadhan Fair di kompleks Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Meski sebagian
besar tips tentang menulis novel sudah tahu. Namun kali ini aku mendapat ilmu
yang baru. Apalagi bisa berjumpa langsung dengan sang idola. Subhanalloh…
Menurut
Asma Nadia, sebuah novel yang bagus harus mempunya opening yang menarik. Kenapa? Karena, biasanya calon pembeli buku
akan membaca lebih dulu pada bagian awal. Paragraf pembuka harus membuat calon
pembeli kesengsem untuk terus membaca
halaman berikutnya. Hingga akhirnya membeli buku kita.
Tips
lain kata Asma Nadia adalah konflik dalam cerita harus kuat, lalu buatlah
penokohan yang meninggalkan jejak di hati pembaca. Tokoh cerita kita harus
khas. Dan terakhir, ending yang menarik.
Yang tidak membosankan dan tidak mudah ditebak oleh pembaca.
Asma
Nadia juga memberikan bocoran yang berharga tentang dunia penerbitan dan toko
buku. Misalnya, tidak semua penerbit mempunyai anggaran pemasaran untuk semua
buku yang diterbitkan. Paling dua atau tiga buku. So, kita harus membantu
penerbit untuk menjual buku kita. Bagaimana caranya? Dua minggu sebelum buku
kita terbit, pasang cover buku kita
di Facebook atau kirimkan resensi buku kita ke media massa. Jangan lupa garap profil Facebook atau
Twitter kita. Jangan tampilkan foto profil yang alay aka lebay. Dan update status hanya yang bermanfaat
saja.
“
Toko buku itu kejam,” kata Asma Nadia. “Dua minggu buku kita tidak bergerak
maka akan ditarik ke gudang.” .
Nah
loh. Untung masih bisa online. Itulah mengapa kita harus menggarap dunia maya.
Jadi kalau terpaksa buku kita ditarik ke gudang, masih bisa dijual secara
online. Begitulah petuah Asma Nadia.
Puh! Sayang sekali waktunya terbatas.
Jauh-jauh datang dari Bogor tentu tidak hanya
ingin mendengar Asma Nadia cuap-cuap
tentang menulis saja kan.
“Yeee,
jangan kecewa” kata Asma Nadia mengakhiri acara. “Bagi yang belum puas dan
ingin bertanya lagi, kalian bisa nulis di dinding Asma atau mention ke Twitter.”
Loh kok Asma Nadia tahu yah, seolah
mempunyai telepati. Begitulah hebatnya seorang penulis yang mampu mengadakan
pertemuan pikiran dengan pembacanya.
Selesai
acara Asma Nadia dirubung sama
penggemarnya seperti laron kepada lampu. Ada
yang minta tanda tangan, minta foto bareng. Duh, senangnya jadi penulis
terkenal.
No comments:
Post a Comment